Rabu, 14 Mei 2014

IMAN, ISLAM & IHSAN



عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ

[رواه مسلم]

Dari Umar rodhiyallohu’anhu, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata:”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab:”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata:”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi:”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab:”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata:”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi:”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”Orang itu berkata lagi:”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.”(Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata:”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab:”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.”Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda:”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab:”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda:”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).

1.    Islam.
 Pengertian Islam yang diterangkan di dalam hadits ini adalah rukun Islam itu sendiri. Memang tidak ada pengertian Islam selain dari rukun Islam itu. Pemahaman yang benar, ialah keislaman seseorng harus dibuktikan dengan komitmennya menjalankan rukun Islam yang lima, seperti yang tertuang di dalam hadits ini dan hadits lainnya, diawali dengan bersyahadat dengan dua syahadat; yakni Syahadah Tawhid (tiada Ilaah yang berhak disembah kecuali Allah) dan syahadat Risalah (Mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah Swt). Kemudian menjalankan perintah Shalat lima waktu, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan Ibadah Haji.
Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata "Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon."(HR.Bukhori dan Muslim) [1]

Selain itu, Islam pada asasnya adalah agama perdamaian, dan ajarannya yang pokok adalah keesaan Tuhan dan keesaan seantero umat manusia.Islam ingin menciptakan kehidupan dunia yang damai dan rukun di antara umat manusia. [2]

2.    Iman
Demikian pula tentang pengertian Iman yang diterangkan di sini adalah rukun Iman yang enam itu; percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, percaya kepada kitab-kitab, percaya kepada Rasul-rasul, percaya kepada Hari akhir, dan percaya kepada qada dan qadar (takdir).

3.    Ihsan
Hadits riwayat ‘Umar ini menjelaskan pengertian Ihsan yaitu, menyembah Allah seolah-olah melihat Dia. Dan jika Ia tak dapat dilihat, maka Ia pasti melihat engkau. Kata Ihsan memang agak terbilang jarang dipakai dalam masyarakat kita. Tidak seperti kata Islam dan Iman sebelumnya. Namun dari penegrtian di atas, kita bisa memahami bahwa seseorang yang beribadah kepada Allah, ia berusaha merasakan seolah-olah melihat Allah Swt. Ibadah yang dilakukan dengan suasana seperti ini sudah pasti
        Ibadah yang paling tinggi tingkatannya, karena kekhusyukan yang dalam. Bisa dibayangkan seorang yang shalat dalam keadaan ia membayangkan seolah-olah melihat Allah, sudah tentu inilah shalat yang paling khusyu’. Tidak mungkin fikirannya menjelajah kemana-mana, jika ia membayangkan seolah-olah melihat Penciptanya sendiri.



[1] Al-Arba'in An-Nawawiyah
[2] Memahami beberapa aspek ajaran islam hal.50

0 komentar:

Posting Komentar